Terjebak Penjual Licik: Pengalaman Pahit Membeli Buku Bajakan Yang Bikin Menyesal
Thursday, May 25, 2017Aku ingin berbagi pengalamanku yang cukup mengecewakan tentang membeli buku bajakan, atau yang sering kita sebut buku KW. Cerita ini bermula dari keinginanku untuk memiliki sebuah novel yang sedang booming, yang bahkan diadaptasi menjadi film. Sebagai penggemar buku, tentu saja aku tak ingin melewatkan kesempatan untuk membaca karya yang tengah menjadi perbincangan hangat.
Awalnya, aku mencoba mencarinya di beberapa toko buku resmi, mulai dari Gramedia di Jalan Jendral Sudirman hingga Toga Mas. Namun, ketika aku bertanya kepada para karyawan, mereka semua menjawab dengan kalimat yang sama: “Maaf, buku tersebut habis.” Rasanya sangat frustasi mengetahui bahwa buku yang aku inginkan tidak tersedia.
Karena terdesak oleh keinginan yang kuat, aku pun beralih mencari di toko lain. Di toko buku yang berjejer banyak di sekitar situ, hanya ada satu yang menjual buku yang aku cari. Dengan harapan tinggi, aku bertanya kepada penjual, “Bu, apakah ada sampel untuk buku ini?” Saat itu, aku sudah mencium kejanggalan dari tampilan buku yang terlihat buram. Namun, penjual tersebut menjawab, “Tidak ada, Mbak, itu baru rilis, jadi belum ada sampel.”
Setelah mengetahui harga buku tersebut seharga Rp 35.000, aku memutuskan untuk membelinya. Rasa ingin tahuku sudah tak terbendung lagi, meskipun ada sedikit keraguan di dalam hatiku. Begitu aku membayar dan menemukan tempat duduk untuk membuka isi buku itu, rasa harapanku segera sirna. Ketika aku membuka segel buku, ternyata isinya persis seperti buku fotokopian, dengan kualitas yang sangat jauh dari harapanku.
Kekecewaanku saat itu tidak terlukiskan. Aku merasa sangat menyesal karena telah mengabaikan tanda-tanda yang ada. Namun, aku mencoba untuk tenang dan memetik hikmah dari pengalaman ini. Setidaknya, aku dapat menunggu hingga buku original tersedia di toko buku resmi.
Pengalaman ini memberi pelajaran berharga, dan aku ingin berbagi agar kalian tidak mengulangi kesalahanku. Sebaiknya, hindarilah membeli barang-barang yang berkualitas rendah, termasuk buku bajakan. Dengan membeli barang-barang asli, kita secara tidak langsung mendukung para penulis dan menghargai karya keras yang mereka hasilkan. Jadi, mari kita budayakan membeli barang asli untuk menjaga industri kreatif tetap hidup dan berkembang. Semoga cerita ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua!
0 komentar