Inspirasi Teks Story Telling Bahasa Inggris Tema Pahlawan: Raden Adjeng Kartini
Saturday, December 17, 2016Untuk kalian yang sedang bingung mencari contoh teks storytelling tentang pahlawan Indonesia, kalian berada di tempat yang tepat! Kali ini, aku akan berbagi inspirasi mengenai salah satu pahlawan wanita yang sangat menginspirasi, yaitu R.A. Kartini. Beliau adalah simbol perjuangan untuk emansipasi wanita dan pendidikan di Indonesia.
Oh iya, teks yang akan aku bagikan ini adalah karya dari kakak pembimbingku dalam lomba storytelling, yaitu Kak Gani Dwi Sasongko. Terima kasih banyak, Kak! Karyamu benar-benar luar biasa dan sangat menginspirasi! Mari kita telusuri bersama kisah perjuangan R.A. Kartini yang penuh makna dan dapat memberikan semangat bagi kita semua!
Versi Bahasa Inggris
Raden Ajeng Kartini
Assalamu’alakum Wr. Wb.
Good morning
everyone….
Here, I would
like to introduce myself. My name is Kanaya Novivian Tabitha Angel. You can
call me Naya. I’m 16 years old. I’m from SMK Negeri 1 Seyegan.
Today I'am going to deliver about the story of
Raden Ajeng Kartini
Raden Ajeng Kartini she is also commonly known as R.A Kartini. She is
known as one of the national hero determined to fight for the emancipation of
women.
So ladies and
gentleman ....
Here is the story of
R.A. Kartini
Once upon a time, in the city of Jepara, there was born a beautiful baby
from javanese royal family. Her name is Kartini who has a long name Raden
Adjeng Kartini , she is the daughter of a duke who later became regent of
Jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat. The mother of Kartini is Ngasirah,
the first wife of Sosroningrat who worked as a teacher in a school at
Telukawur, Jepara.
Kartini's Father: “My wife, look at our child, she is so beautiful,
she is like you."
Kartini's Mother: "Yes she is so charming, may God makes
her loyal to their family and useful for a lot of people.”
Kartini's Father: "Definitely my wife, she would be
useful for many people"
Little Kartini grew into a cheerful
girl, she played with other like she grew up in royal family. When he was 12
years old, she was prohibited from continuing his studies in Europese Lagere
School (ELS) where she also learned Dutch. The prohibition to pursue the ideals
of her schooling comes from her closest person, her father, because at the time
she was a girl who was 12 years old and she must undergo seclusion/ “dipingit”.
Kartini: “May I apologize my father for disturbing
you, I want to ask something for you.”
Kartini's Father: "it's okay my dear, what do you want to
ask?.”
Kartini: “Sorry my father, would you tell me why you won’
let me go to school.”
Kartini's Father: “My Dear, you are now 12 years old, and it's
about time you do seclusion, this is already customary, you must follow the rule.”
Kartini: “I’m sorry father, but I still want to go to
school, I would have missed them, my teachers, I still want to learn, and I
still want to play with my sisters, Roekmini and Kardinah.”
Kartini's Father: “You have to follow the rule! Do you dare to
oppose our custom!”
Because there was no power on her against the wishes of his father, young
Kartini resorted to do the seclusion. However, young kartini still wanted to
seek a knowledge, explore their curiosity, and still want to be useful for many
people.
During the seclusion she wrote letters to her dutch friends to gain the knowledge
of Europe concerning rights as human beings especially women.
Kartini: “I have to fix my life, even though I do not
currently have the right to argue, at least other women do not suffer like me.
Yes and I should start it with writing.”
Kartini: “it seems to be interesting when I started
to write a letter to my friend Rosa Abendanon to share her knowledge to me.”
Since that time the relationship between Rosa and kartini worked continuously
, Rosa Abendanon also often sent books and newspapers from Europe to young
Kartini so her thinking becomes more advanced. In the European newspaper told
that women have the same position to achieve their rights while in Indonesia,
women are at a very low social stratum.
Kartini: “Rosa you are are a such best friend, well,
it seems not quite enough if I just learn from Rosa, I had to share this with
other women, they should have the this.”
After doing the seclusion, she marriage with a regent of Rembang named
Duke Ario Singgih Djojo Adhiningrat over the choice of her parents. At the time
Kartini status as the second wife of the regent of Rembang. However her husband
strongly support his ideals and even allow Kartini builtd a women school.
Kartini: “My husband, sorry if I’m disturbing you, if
I may ask as the duke's wife, do you allow me to built a school for a woman.”
Duke Ario Singgih Djojo Adhiningrat: “Kartini, if that is your wish, I will.”
Kartini: “Thank you my Duke.”
During her marriage, Kartini blessed with one
son named Soesalit Djojoadhiningrat. Kartini passed away on her 25 years old, her
last four days after giving birth.
The Kartini’s struggle did not stop even after
his death. The struggle continued by his friend Rosa Abendanon who posted the
both letters into a book. The book was entitled “Door Duisternis tot Licht”
which means "From the Darkness Into the Light".
In 1964, President Ir. Soekarno
declarated Kartini birth date, on 21
April as “Kartini’s Day” an Indonesian national day.
Afterwards, Kartini
recognized not only a hero determined to fight emancipation of women, but also
a nationalist figure with new ideas who struggled for independence.
As a woman, Kartini
is alredy known as a famous women hero and an important for Indonesia. Let us
be the next Kartini!.
Okay, I think
that’s all, thanks for your attention.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Terjemahan Bahasa Indonesia
Raden Ajeng Kartini
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Selamat pagi semuanya.
Perkenalkan, nama saya Kanaya Novivian Tabitha Angel. Kalian bisa memanggil saya Naya. Saya berusia 16 tahun dan berasal dari SMK Negeri 1 Seyegan.
Hari ini saya akan menyampaikan kisah tentang Raden Ajeng Kartini.
Raden Ajeng Kartini, yang juga dikenal sebagai R.A. Kartini, merupakan salah satu pahlawan nasional yang bertekad untuk memperjuangkan emansipasi wanita.
Baiklah, hadirin sekalian, berikut adalah kisah R.A. Kartini.
Sekali waktu, di kota Jepara, lahirlah seorang bayi cantik dari keluarga kerajaan Jawa. Namanya adalah Kartini, yang memiliki nama panjang Raden Adjeng Kartini. Dia adalah putri dari seorang adipati yang kemudian menjadi bupati Jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat. Ibu Kartini adalah Ngasirah, istri pertama Sosroningrat yang bekerja sebagai guru di sebuah sekolah di Telukawur, Jepara.
Ayah Kartini: “Istriku, lihatlah anak kita, dia begitu cantik, dia mirip denganmu.”
Ibu Kartini: "Ya, dia sangat menawan, semoga Tuhan menjadikannya setia kepada keluarga dan berguna bagi banyak orang."
Ayah Kartini: "Pasti, istriku, dia akan berguna bagi banyak orang."
Kartini kecil tumbuh menjadi gadis ceria dan bermain dengan anak-anak lain, seolah dia tumbuh di dalam keluarga kerajaan. Ketika berusia 12 tahun, dia dilarang melanjutkan studi di Europese Lagere School (ELS), di mana dia juga belajar bahasa Belanda. Larangan untuk mengejar cita-cita pendidikannya datang dari orang terdekatnya, yaitu ayahnya, karena pada saat itu dia adalah seorang gadis berusia 12 tahun dan harus menjalani pemisahan diri atau “dipingit”.
Kartini: “Maafkan saya, ayah, jika saya mengganggu, saya ingin bertanya sesuatu.”
Ayah Kartini: "Tidak apa-apa, sayang, apa yang ingin kamu tanyakan?"
Kartini: “Maaf, ayah, bisakah kamu memberi tahu saya mengapa kamu tidak membolehkan saya pergi ke sekolah?”
Ayah Kartini: “Sayang, kamu sekarang sudah 12 tahun, dan saatnya kamu menjalani pemisahan diri, ini sudah menjadi kebiasaan, kamu harus mengikuti aturan ini.”
Kartini: “Maaf, ayah, tapi saya tetap ingin pergi ke sekolah. Saya akan merindukan mereka, para guru saya, saya masih ingin belajar, dan saya masih ingin bermain dengan saudara-saudara saya, Roekmini dan Kardinah.”
Ayah Kartini: “Kamu harus mengikuti aturan! Apakah kamu berani menentang adat kita!”
Karena tidak ada kekuatan untuk melawan keinginan ayahnya, Kartini muda terpaksa menjalani pemisahan diri. Namun, Kartini tetap ingin mencari ilmu, mengeksplorasi rasa ingin tahunya, dan tetap ingin berguna bagi banyak orang.
Selama pemisahan diri, dia menulis surat kepada teman-teman Belandanya untuk mendapatkan pengetahuan tentang Eropa mengenai hak sebagai manusia, terutama wanita.
Kartini: “Saya harus memperbaiki hidup saya, meskipun saat ini saya tidak memiliki hak untuk berargumen, setidaknya wanita lain tidak menderita seperti saya. Ya, dan saya harus memulainya dengan menulis.”
Kartini: “Sepertinya menarik ketika saya mulai menulis surat kepada teman saya, Rosa Abendanon, untuk berbagi pengetahuan dengannya.”
Sejak saat itu, hubungan antara Rosa dan Kartini terus berlanjut. Rosa Abendanon juga sering mengirimkan buku dan koran dari Eropa kepada Kartini muda agar pemikirannya semakin maju. Di surat kabar Eropa diberitakan bahwa wanita memiliki posisi yang sama untuk mencapai hak-hak mereka, sementara di Indonesia, wanita berada pada strata sosial yang sangat rendah.
Kartini: “Rosa, kamu adalah teman terbaik, sepertinya tidak cukup jika saya hanya belajar dari Rosa, saya harus berbagi ini dengan wanita lain, mereka seharusnya memiliki ini.”
Setelah menjalani pemisahan diri, dia menikah dengan bupati Rembang bernama Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat atas pilihan orang tuanya. Pada saat itu, status Kartini adalah istri kedua dari bupati Rembang. Namun, suaminya sangat mendukung cita-citanya dan bahkan mengizinkan Kartini mendirikan sekolah untuk wanita.
Kartini: “Suamiku, maaf jika saya mengganggu, jika saya boleh bertanya sebagai istri bupati, apakah kamu mengizinkan saya untuk mendirikan sekolah bagi wanita?”
Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat: “Kartini, jika itu keinginanmu, saya akan mengizinkannya.”
Kartini: “Terima kasih, Suamiku.”
Selama pernikahannya, Kartini dianugerahi seorang putra bernama Soesalit Djojoadhiningrat. Kartini meninggal dunia pada usia 25 tahun, empat hari setelah melahirkan.
Perjuangan Kartini tidak berhenti bahkan setelah kematiannya. Perjuangan tersebut dilanjutkan oleh temannya, Rosa Abendanon, yang menerbitkan kedua surat tersebut menjadi sebuah buku. Buku tersebut berjudul “Door Duisternis tot Licht” yang berarti "Dari Kegelapan Menuju Cahaya".
Pada tahun 1964, Presiden Ir. Soekarno mendeklarasikan tanggal lahir Kartini, 21 April, sebagai "Hari Kartini," sebuah hari nasional Indonesia.
Setelah itu, Kartini diakui tidak hanya sebagai pahlawan yang berjuang untuk emansipasi wanita, tetapi juga sebagai tokoh nasionalis dengan ide-ide baru yang berjuang untuk kemerdekaan.
Sebagai seorang wanita, Kartini sudah dikenal sebagai pahlawan wanita yang terkenal dan penting bagi Indonesia. Mari kita menjadi Kartini berikutnya!
Oke, saya rasa itu saja, terima kasih atas perhatian kalian.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
8 komentar
Terimakasih banyak sangat membantu saya, lomba antarkelas hari pahlawan saya juara 1 berkat cerita anda (dgn sedikit pengubahan). Terimakasih sekali lagi.. (maaf baru ingat comment skrg hehe)
ReplyDeleteSama-sama, senang rasanya bisa membantu orang lain. Terimakasih ya udah mau main di blog ini. Ohiya, selamat atas juara 1 nya :)
DeleteAda story telling tentang pangeran Diponegoro ga
ReplyDeleteMaaf, untuk teks story telling tentang Pangeran Diponegoro belum ada :)
DeleteNice story
ReplyDeleteThank you :)
DeleteMakasi banyak kak sangat membantu!! Saya pakai cerita kakak dengan sedikit pengubahan untuk lomba storytelling nanti. Bisa mampir di ig : @talitatsany
ReplyDeleteTerimakasih kembali sudah berkunjung di blogku :))
Delete